Blog

Lentera Anak Ajak Komunitas Hilangkan Stigma Kesehatan Mental dan Batasi Konsumsi Minuman Berpemanis

Lentera Anak Ajak Komunitas Hilangkan Stigma Kesehatan Mental dan Batasi Konsumsi Minuman Berpemanis
Lentera Anak Ajak Komunitas Hilangkan Stigma Kesehatan Mental dan Batasi Konsumsi Minuman Berpemanis
Lentera Anak Ajak Komunitas Hilangkan Stigma Kesehatan Mental dan Batasi Konsumsi Minuman Berpemanis
Lentera Anak Ajak Komunitas Hilangkan Stigma Kesehatan Mental dan Batasi Konsumsi Minuman Berpemanis

Dalam rangka meningkatkan kapasitas pendamping komunitas (tokoh masyarakat) dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung gaya hidup sehat kaum muda, Lentera Anak secara rutin menggelar Diskusi Triwulan bersama para kasi kesra kecamatan/ kelurahan, pengelola RPTRA, dan organisasi kemasyarakatan/ kepemudaan lainnya. Diskusi ini dilaksanakan sebagai bagian dari implementasi Young Health Programme yang didukung oleh AstraZeneca Indonesia dan bermitra dengan Yayasan Plan International Indonesia di DKI Jakarta.
 
Pada bulan Desember 2022, Lentera Anak menggelar Diskusi Triwulan yang dihadiri oleh perwakilan pengelola RPTRA dari 10 kecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Diskusi Triwulan tersebut secara khusus membahas dua isu penting yang menopang kesehatan kaum muda, yaitu kesejahteraan emosional dan pengendalian minuman berpemanis dalam kemasan (mbdk).
 
Berkaitan dengan masalah kesehatan jiwa, data Riskesdas (Kemenkes, 2018) menyebutkan lebih dari 19 juta penduduk di atas usia 15 tahun mengalami gangguan atau masalah kesehatan jiwa. Lebih lanjut, salah satu dampak terburuk dari masalah kesehatan jiwa ialah meningkatnya risiko perilaku bunuh diri. Berdasarkan artikel dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 5% dari orang dewasa di seluruh dunia mengalami depresi, serta lebih dari 700.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Selain itu, perilaku bunuh diri juga menjadi penyebab kedua terbesar kematian pada usia 15-29 tahun. Depresi tidak hanya memberikan dampak pada orang yang mengalaminya, tetapi juga mempengaruhi kehidupan orang lain di sekitar, salah satunya keluarga. Peran serta masyarakat pun sangat dibutuhkan untuk bersama menghilangkan stigma yang dilekatkan kepada para penderita gangguan jiwa.
 
Sementara itu berkaitan dengan masalah konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan, data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 61,27% penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari, dan 30,22% orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu. Selain itu berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari dari salah satu pengelola RPTRA, beliau melihat bahwa anak yang bermain di RPTRA seringkali mengonsumsi minuman manis saat bermain di RPTRA. Diketahui pula bahwa anak-anak yang bermain di RPTRA bisa sampai 3 kali dalam sehari mengkonsumsi minuman manis. Padahal, konsumsi minuman berpemanis yang berlebihan berisiko tinggi mengakibatkan penyakit tidak menular bagi anak dan kaum muda.
 
Hadir sebagai narasumber topik kesejahteraan emosional ialah dr. Susanti dari Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru. Beliau membahas urgensi dukungan kesejahteraan emosional bagi kaum muda, peningkatan kesadaran terhadap kondisi depresi, upaya-upaya untuk menghilangkan stigma terkait kesejahteraan emosional di masyarakat, hingga informasi layanan kesehatan jiwa di Puskesmas.
 
Adapun narasumber topik pengendalian mbdk ialah Bapak Tulus Abadi selaku Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Beliau membahas latar belakang urgensi pengendalian mbdk, hak-hak masyarakat sebagai konsumen, serta peningkatan kesadaran masyarakat untuk teliti membaca label pangan dalam produk-produk yang dikonsumsi.
 
Melalui kegiatan ini harapannya para pendamping komunitas memiliki peran aktif dalam menyediakan ruang aman dan mendukung terhadap kesejahteraan emosional serta berperan dalam pembatasan konsumsi minuman berpemanis di masyarakat, sebagai upaya pencegahan penyakit tidak menular bagi kaum muda.
 
#YHPIndonesia #YoungHealthProgramme #LenteraAnak

Share this Post:  

Link Terkait:

Comments