Dorong Gaya Hidup Sehat dan Cegah Penyakit Tidak Menular dengan Kampanye Kesetiakawanan Untuk Satu Puntung Sejuta Masalah
Jakarta, 21 Desember 2019, Perilaku dan gaya hidup di zaman millennial merupakan tantangan yang cukup berat bagi anak muda. Banyaknya figur publik anak muda yang memamerkan pola hidup tidak sehat di media massa dan media sosial, seperti merokok, minum alkohol, makan masakan berlemak tinggi dan jarang berolahraga, kerap diikuti anak muda karena dianggap sebagai perilaku yang "gaul" dan kekinian.
Padahal pola hidup semacam itu merupakan perilaku beresiko yang memicu timbulnya penyakit tidak menular atau Non Communicable Disease (NCD), diantaranya penyakit diabetes, kanker, penyakit pernapasan, dan jantung. Ini menjadi tantangan besar karena berpotensi menghambat produktivitas anak muda di usia produktif.
Kekhawatiran ini tidak berlebihan karena berdasarkan data pada Sistem Registrasi Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, angka kematian karena penyakit tidak menular meningkat drastis setiap tahunya sejak tahun 2014 sebesar 58% dan naik mencapai 71%. Penyakit kardiovaskular (seperti jantung dan stroke) dan diabetes menempati urutan teratas pada beban penyakit tidak menular secara nasional.
Saat ini di Indonesia, ada lebih dari 65 juta anak muda (usia 10-24 tahun) atau sekitar 28% dari populasi. Selama 15 tahun ke depan, mereka akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di Indonesia. Akan sangat mengkhawatirkan jika 65 juta anak muda tersebut tumbuh dengan tidak produktif, negara akan kehilangan kesempatan untuk menikmati generasi emas 2045 seperti yang dicanangkan pemerintah baru – baru ini.
Miris terhadap kondisi ini, Lentera Anak dan Yayasan GAGAS bekerjasama dengan Yayasan Plan International Indonesia dan AstraZeneca melalui Program Kesehatan Remaja (Young Health Program) yang bertujuan untuk mengatasi faktor resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) di kalangan remaja yang berfokus pada penggunaan tembakau dan kampanye anti rokok, konsumsi alkohol yang berbahaya, diet tidak sehat, dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga yang dapat menyebabkan PTM di kemudian hari.
Dalam rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosiak Nasional 2019, Lentera Anak menggelar kampanye bertema “Kesetiakawanan Untuk Satu Puntung sejuta Masalah bertempat di Taman Pandang, Jakarta Pusat, hari ini (21/12/2019). Tercatat 100 anak muda dari 30 komunitas dan organisasi anak muda ikut memeriahkan kegiatan ini.
Lisda Sundari, ketua Lentera Anak menyampaikan bahwa kegiatan hari ini bertujuan mengampanyekan bahaya perilaku merokok dan membangun kesetiakawanan di kalangan anak muda untuk saling mendukung dan bekerjasama menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit tidak menular.
Kampanye ini dimulai dengan pengumpulan puntung rokok, yang dilakukan peserta pada saat perjalanan menuju tempat kegiatan atau di tempat umum yang sudah ditentukan di sekitar tempat kegiatan. "Pengumpulan puntung rokok ini merupakan simbol dan pengumpulan fakta tentang banyaknya orang yang merokok dan permasalahan yang ditimbulkannya," kata Lisda.
Salah satu permasalahan itu, kata Lisda, adalah masalah banyaknya konsumsi zat adiktif rokok. Pada tahun 2017 WHO mencatat ada 7,2 juta kematian yang disebabkan konsumsi rokok di negara berkembang salah satunya Indonesia. Indonesia adalah urutan ke-3 konsumsi rokok di dunia. Perokok usia remaja 10-18 tahun di Indonesia setiap tahun meningkat. Pada 2013 angkanya 7,2%, dan naik menjadi 9,1% pada 2018, padahal Rencana Pembangunan Jangka Menengah tahun 2019 menargetkan turun menjadi 5,4%.
"Yang sangat mengkhawatirkan, industri rokok memproduksi rata-rata 338 miliar batang rokok untuk memenuhi adiksi lebih dari 90 juta perokok aktif di Indonesia. Sehingga masyarakat terus-menerus terjerat candu rokok dan menyebabkan berbagai penyakit katastropik bahkan kematian. Termasuk juga hilangnya produktivitas karena sakit yang kerugiannya mencapai 596 Triliun," ujarnya.
Sejalan dengan itu, Citra Demi Karina, Koordinator YHP Lentera Anak, menegaskan bahwa puntung rokok adalah masalah akses zat adikif yang mudah."Hampir semua warung dan toko menjual rokok dengan harga murah dan batangan, termasuk sekitar sekolah. Ada 7 dari 10 tempat penjual yang memajang spanduk atau poster yang mempromosikan iklan rokok. 59% remaja membeli rokok di warung/toko tidak pernah ditolak karena usianya. Sehingga siapapun termasuk anak-anak dapat membeli rokok di mana saja,dengan uang sakunya, sekitar 1000 rupiah per batang," tegas Citra.
Dalam kampanye ini, sejumlah perwakilan anak muda berbagi informasi dan pengalaman tentang Penyakit Tidak Menular, Bahaya Konsumsi Rokok, Kesehatan Mental dan Gaya Hidup Sehat Pilihanku. Mereka saling mendukung dan bekerjasama untuk membangun kesetiakawanan dalam menerapkan gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit tidak menular.
Di akhir kegiatan, 100 orang anak muda membacakan Deklarasi “Gaya Hidup Sehat, Pilihanku” untuk memperkuat komitmen dan mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Demikian Siaran Pers ini disampaikan
Lisda Sundari
Ketua Yayasan Lentera Anak