Menyambut Hari Remaja Internasional 2024, Remaja Semakin Rentan Dikepung Iklan Rokok Varian Rasa, Regulasi Yang Kuat Melindungi Sangat Dibutuhkan
Jakarta, 12 Agustus 2024 — Industri rokok tidak pernah kehabisan strategi dalam memasarkan rokok bagi kaum muda. Regulasi pengendalian tembakau yang lemah terus disiasati dengan melakukan iklan dan promosi rokok yang masif. Terbaru, iklan produk rokok varian rasa betebaran di televisi, iklan luar ruang dan media sosial. Diantaranya adalah produk rokok dengan rasa buah-buahan (nanas, mangga, semangka), kopi dan teh, permen, mentol, dessert, spicy, dan other beverage (fresh cola). Iklan rokok varian rasa yang dikemas dengan kreatif dan atraktif ini berpotensi menggoda anak dan kaum muda yang masih rentan untuk mencoba merokok. Ini menjadi sinyal kuat bagi Pemerintah untuk memperkuat regulasi guna melindungi anak dan kaum muda dari target pemasaran industri rokok.
Berbagai studi sudah menyebutkan pengaruh terpaan iklan, promosi dan sponsor rokok sejak usia dini meningkatkan persepsi positif dan keinginan untuk merokok. Studi Uhamka 2007 menunjukkan, 46,3% remaja mengaku iklan rokok mempengaruhi mereka untuk mulai merokok. Studi Surgeon General menyimpulkan iklan rokok mendorong perokok meningkatkan konsumsinya dan mendorong anak-anak untuk mencoba merokok serta menganggap rokok adalah hal yang wajar (WHO 2009). Dan berdasarkan data Tobacco Control Support Center (2018), sebanyak 5 dari 10 anak mengaku terpapar rokok karena iklan melalui televisi, radio, billboard, poster, dan internet.
Ini menunjukkan bahwa anak dan remaja memang rentan terpapar iklan dan promosi rokok. Secara psikologis usia yang belia cenderung sangat mudah dipengaruhi faktor-faktor eksternal. Termasuk dipengaruhi oleh berbagai informasi iklan dan promosi produk rokok yang masif, baik di media sosial, maupun di tempat-tempat dimana banyak anak berkumpul, seperti jalan dekat sekolah, taman, tempat olahraga, mal, dan tempat rekreasi lainnya.
Untungnya sebagian remaja Indonesia sudah mulai pintar menyaring berbagai bentuk informasi yang berpotensi membawa dampak buruk, termasuk informasi iklan produk rokok. Hasil jajak pendapat Lentera Anak dan platform U-Report pada Mei 2024 tentang iklan rokok dan rokok elektronik menunjukkan sebagian besar remaja yang disurvei tidak terpengaruh iklan dan promosi rokok. Hampir 70 persen remaja yang terpapar iklan rokok tidak mau mencoba merokok, dan bahkan sebanyak 52 persen diantaranya menegaskan sangat tidak ingin mencoba merokok . Selain itu hampir 40 persen responden tidak setuju bila iklan rokok dan tembakau menarik bagi kaum muda.
Jajak pendapat hasil kolaborasi Lentera Anak dan platform U-Report ini digelar untuk menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, dan diikuti 11.841 responden remaja dari 32 provinsi. Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa hampir semua responden remaja (91 persen), dalam 30 hari terakhir pernah melihat iklan rokok dan rokok elektronik, bahkan 31,1 persen responden melihat iklan rokok atau rokok elektronik hampir setiap hari. Namun yang menarik, hampir 90 persen responden mengakui bahwa mereka paham akan risiko kesehatan yang disebabkan oleh rokok.
Selengkapnya download siaran pers.