Blog

Bebaskan Indonesia dari Darurat Perokok Anak

Bebaskan Indonesia dari Darurat Perokok Anak

Akhir-akhir ini berita tantang meningkatnya perokok anak begitu hangat diperbincangkan. Bagaimana tidak, penjualan rokok di Indonesia terus meningkat seiring dengan jumlah konsumsi rokok termasuk perokok anak. Apakah Indonesia benar-benar darurat perokok anak? Mari kita cari tahu faktanya!

Belum lama ini sebuah video beredar dengan menampilkan para bocah sedang berkumpul sambil menghisap rokok. Bocah-bocah tersebut terlihat menghadiri sebuah acara.

Meski disekelilingnya ada orang dewasa tapi bocah itu tetap dibiarkan merokok. Mirisnya lagi, bocah umur sekira 7 tahun itu tampak mahir menghisap rokok layaknya orang dewasa. Ia bahkan membuat asap rokoknya berbentuk O keluar dari mulutnya.

Itu hanya satu dari sekian banyak contoh anak-anak yang sudah pandai menghisap rokok. Tindakan orang dewasa yang hanya diam melihat anak-anak merokok menunjukkan bahwa fenomena semacam ini sudah sangat wajar bagi mereka.

Riskesdas 2018 melalui hasil laporannya membuat kita tercengang. Ternyata perokok laki-laki usia di atas 15 tahun sebanyak 62,9% dan  ini merupakan prevalensi perokok laki-laki tertinggi di dunia. Lebih mengejutkannya lagi, perokok anak dibawah 18 tahun meningkat dari 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,2% pada tahun 2018.

Karena itulah Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara dengan angka prevalensi perokok anak usia 10 tahun ke atas tertinggi di dunia setelah Cina dan India. Hmm…tidak heran jika Indonesia disebut darurat perokok anak.

Kita semua tahu bahwa rokok punya segudang dampak buruk bagi kesehatan. Tidak hanya itu, merokok juga bisa membuat ketergantungan karena ada zat adiktif di dalamnya. Bagi orang kurang mampu, merokok bisa membuat tambah miskin! Coba hitung berapa banyak uang yang kamu habiskan hanya untuk membeli rokok?

Oleh karena itu, dalam tulisan kali ini aku bakal mengulas langkah-langkah penting untuk mengurangi jumlah perokok anak di Indonesia. Melalui tulisan ini juga akan mengajak kamu mengenali penyebab anak suka merokok dan dampak buruknya.

Yuk, simak tulisan ini sampai tuntas ya!

 

Kenapa Anak Tertarik Merokok?

1. Rasa Ingin Tahu

Anak cenderung memiliki rasa keingintahuan yang besar. Rasa keingintahuan ini diwujudkan dengan meniru orang-orang disekitarnya.

Masih ingat video seorang bocah yang menyalakan rokok kakaknya? Ketika melihat anggota keluarga atau orang sekelilingnya merokok, anak akan menganggap perilaku tersebut normal. Sehingga hal ini akan mendorong anak untuk berperilaku sama seperti orang disekitarnya.

2. Kurangnya Edukasi

Meningkatnya perokok anak di Indonesia karena tidak memiliki pengetahuan mengenai rokok dan dampaknya. Berdasarkan laporan HTTS, umumnya orang mulai merokok sejak muda dan tidak tahu resiko mengenai bahaya adiktif rokok.

3. Terpengaruh Iklan Rokok

Kemudahan akses informasi yang serba cepat ini mendukung promosi rokok semakin besar. Padahal terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok anak dengan paparan iklan dan promosi rokok.

Menurut penelitian Kemenkes, lebih dari 46% anak mulai merokok karena iklan dan lebih dari 41% anak terpengaruh mulai merokok dari kegiatan yang bersponsor rokok.

Iklan-iklan ini membingkai pesan perokok sebagai sosok keren, berani, kreatif dan percaya diri. Persuasi semacam ini mendorong anak untuk ikut menjadi perokok pemula.

4. Terpengaruh Lingkungan dan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Hasil penelitian Theodoru (2014) menjelaskan bahwa adanya anggota keluarga yang merokok sangat berpengaruh pada kebiasaan merokok seorang. Hal ini berbanding terbalik dengan anak yang memiliki keluarga yang bukan perokok.

5. Berkembangnya Industri Tembakau

Menurut hasil penelitian WHO tahun 2012, berkembangnya pusat industri tembakau menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya perokok di negara maju dan berkembang. Lantas, mengapa industri ini tidak ditutup saja?

Eits, tunggu dulu. Kontribusi pajak dan bea cukai industri hasil tembakau untuk pendapatan negara cukup tinggi loh. Pada tahun 2016 saja, industri tembakau memberikan pembayaran cukai sebesar 96,65 persen dari total cukai nasional.

Sedangkan, serapan tenaga kerja di sektor manufaktur dan distribusi mencapai 4,28 juta orang. Belum lagi di sektor perkebunan sebanyak 1,7 juta orang.

Jika industri ini tidak ada lagi, bagaimana dengan pemasukan pajak dan bea cukai negara? Bagaimana dengan nasib para petani tembakau? Hmm.. cukup dilema, bukan?

6. Murahnya Harga Rokok

Tahu tidak, harga rokok Indonesia masuk 10 besar termurah di dunia. Rokok sangat mudah ditemukan di warung-warung terdekat dengan harga Rp20.000-an. Kebanyakan anak-anak yang masih sekolah akan membeli rokok eceran dengan harga per batangnya cuma Rp2.000 saja.

Sangat murah, bukan? Bahkan uang jajan yang diberikan orang tuanya masih cukup untuk membeli sebungkus rokok. Tidak heran jika konsumsi rokok di Indonesia sangat tinggi.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai menyebutkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia mencapai 322 miliar batang pada 2020. Sementara itu, total kerugian ekonomi terhadap kesehatan karena rokok baik langsung maupun tidak langsung hampir mencapai Rp532 triliun.

Selain banyaknya jumlah produsen rokok di Indonesia, faktor peyebab murahnya harga rokok karena tarif cukainya yang juga rendah. YLKI menilai perusahaan dapat turun golongan dengan memproduksi rokok dengan jumlah produksi yang masuk pada strata yang lebih rendah tarif cukainya. Fenomena penurunan golongan ini membuat perokok beralih ke rokok yang lebih murah.

Pemerintah di beberapa negara sengaja memberlakukan aturan ketat bagi warganya agar tidak banyak mengonsumsi rokok. Yaitu dengan menerapkan tarif cukai rokok yang tinggi.

Apakah Indonesia menerapkan hal semacam itu?

 

Dampak Berbahaya bagi Perokok Anak

 

1. Merusak Organ Tubuh

Anak yang terbiasa merokok dampaknya akan begitu kompleks. Khususnya dalam perkembangan dan pertumbuhan seluruh sistem dan organ vitalnya, seperti jantung, paru-paru, syaraf, serta kecerdasannya.

Dalam rokok, terdapat kandungan zat nikotin yang dapat meracuni tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah, dan tentu saja menyebabkan ketagihan. Di Indonesia, terdapat 17 mg kadar nikotin dalam satu batang rokok. Padahal, 4-7 mg saja dihisap orang dewasa setiap hari sudah bisa membuat ketagihan.

Selain itu, ada kandungan timah hitam dalam rokok. Sebatang rokok bisa menghasilkan sebanyak 0,5 ug. Batas bahaya timah hitam masuk ke dalam tubuh 20 ug per hari. Jika dalam sehari bisa menghabiskan 20 batang sehari, maka timah hitam yang masuk ada 10 ug. Coba bayangkan jika anak mengkonsumsi zat berbahaya ini setiap hari.

2. Menyebabkan Kanker

Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa bibir perokok menjadi hitam. Ternyata, ada juga kumpulan zat kimia atau TAR dalam komponen padat asap rokok yang bersifat karsinogen. Karsinogen adalah zat yang menyebabkan penyakit kanker.

Ketika menghisap rokok, TAR masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, nantinya akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru.

Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok. Sementara kadar TAR dalam rokok berkisar 24-45 mg. Jadi jangan heren bila melihat bibir dan gusi perokok menjadi hitam, gigi kuning, dan bau napasnya tidak enak.

3. Ganggu Kesehatan Mental

Tidak cuma merusak organ tubuh, merokok juga bisa menurunkan kualitas hidup. Banyak penelitian yang membuktikan kalau merokok bisa menyebabkan depresi, serangan panik, kecemasan, dan gangguan jiwa.

Penelitian dari CASA, juga menyebutkan bahwa perokok remaja memiliki resiko dua kali lipat mengalami gejala-gejala depresi dibandingkan remaja yang tidak merokok. Para perokok aktif pun lebih sering mengalami serangan panik dan kecemasan yang berlebihan.

Tapi, bukankah dengan merokok malah sebaliknya, bisa menekan depresi dan meningkatkan konsentrasi?

Eits… jangan terburu-buru. Dalam beberapa penelitian memang nikotin terbukti efektif untuk pengobatan depresi. Namun disisi lain, nikotin itu memiliki terapheutic index yang sangat sempit. Sehingga rentang antara dosis yang tepat untuk terapi dan dosis yang bersifat racun sangatlah sempit.

Jika mengkonsumsi nikotin dalam dosis yang tidak tepat, maka akan mengakibatkan hal yang sebaliknya. Oleh karena itu, pemberiannya harus dalam pengawasan dokter. Bukan dalam bentuk kebiasaan merokok.

4. Ganggu Sistem Reproduksi

Merokok dapat menyebaban rusaknya sistem reproduksi anak mulai dari masa pubertas sampai usia dewasa. Tahukah bahwa rokok berimplikasi terhadap 1.200 kasus kanker rahim per tahunnya?

Penelitian yang dilakukan Direktur The British Medical Assosiation’s Tobacco Control Resource Centre, Dr. Sinead Jones menemukan bahwa wanita yang merokok memiliki kemungkinan realtif lebih kecil untuk mendapatkan keturunan.

Bagaimana dengan pria? Pria akan mengalami 2 kali resiko terjadi infertil (tidak subur) serta mengalami resiko kerusakan DNA pada sel spermanya.

Selain itu, wanita perokok juga bisa mengakibatkan menopause dini. Mereka sangat mungkin memasuki masa menopause sebelum usia 45 tahun. Bagi perokok berat, resiko menopause dini hampir dua kali lipat.

 

 

 

Mispersepsi Rokok Elektrik di Kalangan Anak Muda

 

Sejak kemunculan rokok elektrik di Indonesia, para perokok aktif mulai beralih ke rokok alternatif tersebut. Dengan dalih dapat mengurangi resiko berbahaya dari rokok konvensional. Benarkah bisa meminimalisir resiko? Amankah bagi anak-anak?

 

Rokok elektrik merupakan perangkat simulasi merokok melalui hisapan uap nikotin, propylene, glucol, gliserin, dan perasa. Berdasarkan riset National Academies of Science, Engineering and Medicine menunjukkan bahwa rokok elektrik menyebabkan resiko merusak kesehatan.

 

Hal ini juga diamini oleh Oktavian Denta sebagai perwakilan Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) dalam webinar Yayasan Lentera Anak. Ia mengatakan bahwa kandungan dalam rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok konvensional.

Vape rokok menghasilkan sejumlah bahan kimia berbahaya seperti aseraldehida, akrolein, dan formaldehida yang bisa menyebabkan penyakit paru, seperti asma hingga kanker paru.

Ada banyak kasus dimana vape menyebabkan bahaya bagi anak yang menghisapnya. Di Amerika Serikat, seorang remaja berusia 18 tahun mengalami paru-paru bocor sehingga memerlukan pemasangan selang di dada. Ternyata, anak tersebut telah memiliki riwayat penggunaan vaping selama 1,5 tahun.

Di Indonesia sendiri, ada pasien berusia 18 tahun yang mengalami radang paru setelah tiga bulan menggunakan vape. Namun, setelah berhenti merokok dan mendapatkan perawatan, pasien tersebut bisa sembuh.

Nah, sudah terbukti kan rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok konvensional. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kamu untuk coba-coba menggunakan rokok elektrik.

Bagaimana Menanggulangi Perokok Anak?

1. Peran Pemerintah

Mengesahkan Revisi PP Tembakau

Upaya mengurangi jumlah perokok di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah. Mulai muncul pemberitaan tentang desakan kepada pemerintah agar segera mengesahkan revisi PP Tembakau 109/2012 untuk menekan angka perokok aktif di kalangan anak-anak.

Pasalnya PP tersebut belum cukup efektif menurunkan perokok anak. PP 109/2012 dipandang tidak lagi sesuai dengan perkembangan zaman dengan semakin maraknya rokok elektrik.

Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia yang belum mengatur penggunaan rokok elektrik.

Oleh sebab itu, perlu adanya tindakan pemerintah untuk memperketat regulasi yang ada. Khusunya terkait rokok elektrik serta maraknya iklan, promosi, dan sponsor produk rokok di internet.

Menyelenggarakan Kampanye Anti Rokok Rutin di Sekolah

Salah satu upaya agar Indonesia bisa terbebas dari darurat perokok anak, perlu adanya penyelenggaraan kampanye anti rokok secara rutin dan massif di sekolah. Sejauh ini, kampanye anti rokok hanya dilakukan saat hari-hari tertentu saja, misalnya Hari Tanpa Tambakau Sedunia. Perlu adanya kolaborasi baik antar organisasi, komunitas, dan juga masyarakat untuk melaksanakan talkshow, diskusi, atau seminar tentang bahaya rokok.

Melarang Iklan Rokok di Internet

Di era media sosial, industri rokok mulai memasang strategi baru untuk mempromosikan produknya. Yaitu melalui media sosial seperti facebook, instagram dan youtube. YLKI mengatakan bahwa keberadaan iklan rokok di internet sangat mengkhawatirkan. Sebab, anak-anak saat ini sudah pandai dalam mengakses informasi melalui internet tanpa kontrol dan batas waktu.

Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia sejak 2012, telah mengeluarkan peraturan pengendalian rokok yang mencakup pembatasan iklan, promosi, dan sponsor rokok. Pada 2019, Kemenkes meminta Kominfo untuk memblokir iklan-iklan rokok yang ada di Internet.

Menaikkan Harga Rokok

Kalau harga rokok naik, kemungkinan besar akan menurunkan angka konsumsi rokok, utamanya perokok anak. Belum lama ini, pemerintah menaikkan tarif cukai hasil tembakau rata-rata 12 persen sejak Januari 2022.

Dampak utama dari kenaikan CHT tentu berpengaruh pada penurunan produksi rokok di pabrik. Selain itu, permintaan pasokan tembakau kepada para petani tembakau juga ikut berkurang. Apakah hal ini merugikan petani tembakau?

Untuk itu, pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan petani tembakau dan buruh industri rokok dengan perolehan hasil cukai. Selama ini, beberapa pihak selalu menjadikan petani tembakau sebagai alasan menolak kebijakan pengendalian tembakau yang ketat. Padahal, nasib petani dan kebijakan pengendalian tembakau adalah dua hal yang tak terkait langsung.

2. Peran Orang Tua

Meningkatkan Kepercayaan Diri Anak

Peran orang tua cukup penting dalam menurunkan prevalensi perokok anak. Jika anak masih dalam tahap mencoba-coba, para orang tua hendaknya meningkatkan kepercayaan diri anak.

Anak harus tahu bahwa merokok bukan satu-satunya cara agar diterima dalam pergaulan. Merokok juga tidak akan membuat keren ataupun hebat. Dengan begitu, ia mampu menyikapi dengan tepat tekanan dan ajakan teman sebayanya.

Memberi Contoh

Orang tua hendaknya memberi contoh pada anak mengenai hal yang benar. Perilaku merokok juga bisa ‘menurun’ dari orang tua yang merokok. Oleh karena itu, bagi orang tua yang merokok, segeralah hentikan kebiasaan merokok. Dengan begitu, anak akan mengikuti apa yang orang tua mereka lakukan.

Perhatikan Pergaulannya

Ketika anak-anak tumbuh besar, mereka tentu saja butuh sosialisasi yang lebih luas. Tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Orang tua sudah seharusnya peduli pada lingkungan sekitar anak.

Sebab, ajakan merokok paling efektif dilakukan oleh teman sebaya. Ketika anak berada pada lingkungan yang buruk, maka mereka juga akan berperilaku buruk. Meski demikian, mencegah anak merokok bukan berarti mengekang kebebasannya.

Kenali teman-teman sang anak untuk bisa menilai apakah ada kecenderungan mereka dalam berperilaku tidak baik, terutama dalam hal merokok.

Jalin Komunikasi Intens dengan Anak

Menjalin komunikasi dan hubungan yang erat antara orang tua dan anak adalah kuncinya. Kebanyakan hubungan buruk antara anak dan orang tua akan berpengaruh pada perilaku sang anak.

Oleh karena itu, jangan membiarkan anak selalu merasa sendiri. Ajaklah berkomunikasi agar anak menjadi terbuka dan mau bercerita tentang permasalahan yang mereka alami.

Tapi bagaimana jika anak sudah terlanjur merokok?

Jika mengetahui anak sudah terlanjur kecanduan merokok, jangan bereaksi berlebihan. Tanyakan terlebih dahulu apa alasan anak tertarik merokok. Ajak anak untuk memikirkan masalah ke depan. Misalnya dampak akan kesehatan dan keuangan.

Sebab, untuk berhenti merokok butuh kemauan yang kuat serta dukungan lingkungan dan keluarga. Kalau perlu, ajak anak melakukan farmako terapi agar benar-benar menghilangkan kecanduan nikotin.

3. Peran NGO

Non-Governmental Organizations (NGO) punya peran penting dalam menurunkan prevalensi perokok anak. Salah satu NGO yang saat ini gencar dalam melakukan kampanye anti rokok adalah Yayasan Lentera Anak.

Berbagai macam upaya dilakukan seperti melakukan kajian dan advokasi kebijakan yang berpihak pada anak, kampanye perlindungan anak, melakukan pemberdayaan dan pendampingan, serta meningkatkan kapasitas anak.

 

Upaya NGO dalam Pengendalian Tembakau di Beberapa Negara

1. Kazakhstan : “For Smoke-free Kazakhstan” National Coalition

Dzamilya Sadykova, perwakilan dari koalisi nasional “Untuk Kazakstan Bebas Asap” bertekad untuk membalas pembunuh yang merenggut nyawa ayahnya. Ayahnya berusia 52 tahun ketika dia meninggal karena kanker hati akibat tembakau.

Dengan gelar medisnya, Sadykova bersumpah untuk melakukan apapun yang dia bisa untuk membantu masyarakat Kazakstan agar tidak mengalami rasa sakit dan penderitaan yang sama seperti ayahnya.

Sadykova mencantumkan beberapa tujuan utama untuk koalisi di Kazakhstan. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

  • Meningkatkan kesadaran di kalangan dokter medis
  • Menaikkan pajak tembakau
  • Meluncurkan kampanye informasi di media yang fokus kepada kaum muda
  • Mengembangkan strategi untuk mengurangi perokok wanita
  • Menegakkan undang-undang pengendalian tembakau

2. Moldova: Moldovan Health Communications Network

Maldova merupakan salah satu negara miskin di Eropa. Ekonomi Maldova sejak 1990-an hanya bergantung pada dua produk pertanian utama, yaitu anggur dan tembakau. Lantas, apa saja yang dilakukan negara ini untuk menanggulangi maraknya tembakau?

Pemerintah Maldova mengesahkan undang-undang tentang tembakau pada 2001 yang berisi ketentuan mengenai penjualan dan iklan produk tembakau. Misalnya melarang penjualan rokok:

  • di halaman sekolah, fasilitas medis, dan olahraga
  • tanpa label peringatan kesehatan pada kemasan
  • secara eceran atau batangan
  • kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun

Selain upaya di bidang hukum, inisiatif advokasi yang dirancang pemerintah Maldova untuk mengurangi prevalensi merokok antara lain: memantau dan menyebarluaskan informasi masalah pengendalian tembakau di media, menyelenggarakan lokakarya tentang masalah tembakau, serta bekerjasama dengan LSM dan WHO di Maldova.

Setiap tahun, mereka menyelenggarakan lomba menggambar dan menulis esai “Ayo Tumbuh Tanpa Tembakau”. Karya pemenang kemudian digandakan dan didistribusikan ke masing-masing sekolah di negara tersebut.

3. Romania: Romanian Network for Smoking Prevention (RNSP)

Selama tiga tahun terakhir, RNSP semakin aktif bekerjasama dengan pemerintah dan anggota parlemen untuk menerapkan perubahan pada undang-undang terkait tembakau. Misalnya, pelarangan merokok di sebagian besar tempat umum, melarang iklan produk rokok, menaikkan pajak rokok, dan meratifikasi FCTC.

Selain itu, RNSP juga melakukan kegiatan seperti:

  • Mendukung perusahaan yang telag menerapkan kebijakan tentang pengendalian tembakau
  • Meningkatkan jumlah rumah sakit bebas asap rokok
  • Mencetak FCTC dalam bahasa Rumania dan mendistribusikannya ke lembaga pemerintah, asosiasi profesional sektor swasta, dan entitas kesehatan masyarakat
  • Membentuk mekanisme koordinasi nasional untuk implementasi FCTC.

 

 

Sumber :

  • Hasanah, Hasyim (2014). Baby Smoker: Perilaku Konsumsi Rokok Pada Anak dan Strategi Dakwahnya. https://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/view/635
  • Webinar Yayasan Lentera Anak Dalam Rangka Hari Anak Nasional 2022: Masihkah Indonesia Berkomitmen Menurunkan Prevalensi Perokok Anak? 28 Juli 2022.
  • Levy, D.T. dkk (2016). A framework for evaluating the public health impact of e-cigarettes and other vaporized nicotine products.
  • Open Society Institute. Taking on Goliath: Civil Society’s Leadership Role in Tobacco Control

 

Artikel merupakan Pemenang Pertama Kompetisi Blog HAN 2022 dan sudah tayang di Bebaskan Indonesia dari Darurat Perokok Anak - Secangkir Kopi (dilabahar.com)

Share this Post:  

Link Terkait:

Comments